Bahasa Indonesia Tak Laku di Beberapa Sekolah Luar Negeri, Apa Penyebabnya?
Indonesiaseharusnya.com – Jakarta, Pelajaran Program bahasa Indonesia Heathmont College baru-baru ini dikabarkan “sekarat” karena mengalami penurunan minat siswa sejak 10 tahun terakhir. Heathmont College merupakan lembaga yang melaksanakan pengajaran bahasa Indonesia di negara bagian Victoria, Australia.
Pendaftaran program ini menurun ketika siswa di sekolah negeri pinggiran timur memiliki sedikit kesempatan untuk berbicara bahasa di luar kelas dan merasa sedikit hubungan dengan budaya Indonesia.
Untuk menghidupkan kembali program tersebut, salah satu guru pengajar program, Prema Devathas membangun kemitraan bersaudara dengan sekolah terkemuka di Yogyakarta.
Tujuannya adalah memberikan siswa sebuah forum untuk berbicara Bahasa Indonesia dengan rekan-rekan Indonesia melalui Skype dan bahkan mengunjungi secara virtual.
“Kita harus membuat (pembelajaran) otentik dan membuatnya bermakna serta mengikat ke dalam kehidupan mereka, itulah mengapa tur Indonesia dan kemitraan sekolah bersaudara itu penting,” kata Devathas dikutip dari THE AGE, Senin (15/11/2021).
Minat terhadap bahasa Indonesia menurun
Kondisi pandemi pada kenyataannya telah program Heathmont di tingkat Victorian Certificate of Education (VCE), dengan hanya satu siswa yang akan mengikuti ujian bahasa Indonesia kelas 12.
Menurut Devathas, Bahasa Indonesia tidak lagi disukai Victoria, di mana 19 sekolah membatalkan program mereka tahun lalu.
Total hanya 215 siswa VCE yang menyelesaikan mata pelajaran tahun lalu dari total 61.929 yang mempelajarinya, sebagian besar di sekolah dasar. Hal ini jauh jika dibandingkan dengan 1374 yang menyelesaikan ujian VCE untuk bahasa Mandarin.
Bahkan menurut laporan baru Departemen Pendidikan dan Pelatihan setempat, dalam lima tahun hingga 2020, jumlah siswa sekolah negeri Victoria yang belajar bahasa Indonesia telah turun di tingkat sekolah dasar dan menengah, masing-masing sebesar 9 persen dan 3 persen.
Di sisi lain, saat pendaftaran program bahasa Indonesia menurun, program bahasa lain yang diajarkan secara luas di sekolah-sekolah Victoria seperti Mandarin, Jepang, Italia, Prancis, dan Auslan justru mengalami pertumbuhan.
Jumlah guru berkurang
Bahasa Indonesia sendiri telah diajarkan secara luas di sekolah-sekolah Australia sejak 1950-an dan mengalami meningkat drastis pada 1990-an.
Namun, penurunan yang terjadi adalah bagian dari tren nasional yang membuat Yayasan Pendidikan Asia Universitas Melbourne memperingatkan adanya risiko.
Direktur eksekutif Yayasan Pendidikan Asia Universitas Melbourne, Hamish Curry mengatakan sekolah-sekolah memilih keluar dari bahasa Indonesia karena berbagai alasan, termasuk preferensi siswa dan berkurangnya jumlah guru yang mahir.
“Bahasa Indonesia mendapat pukulan ganda di mana bahasanya sudah menurun dan dalam lima hingga 10 tahun ke depan akan jauh lebih sedikit guru yang bisa mengajarkannya,” katanya.
Persepsi negatif tentang Indonesia
Penyebab lain juga dikarenakan siswa dipengaruhi oleh orang tua mereka, yang dalam banyak kasus memiliki persepsi negatif tentang Indonesia sebagai “negara yang tidak aman”.
Dalam hal ini, dosen senior di Melbourne Graduate School of Education, Yvette Slaughter juga menyampaikan bahwa sekolah-sekolah di Victoria dapat memilih bahasa yang mereka ajarkan, tetapi pilihan itu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan guru.
“Ini seperti lingkaran buruk dari penurunan jumlah, penurunan program, penurunan jumlah guru dan sangat sulit untuk membangun kembali,” kata Dr Slaughter.
Asa untuk semangat belajar bahasa Indonesia
Meski mengalami penurunan, Asia Education Foundation telah merilis alasan mengapa sekolah harus mengajarkan bahasa Indonesia.
“Alasannya karena belajar bahasa itu sangat penting untuk menciptakan hubungan masa depan yang kuat dan bermanfaat dengan tetangga terbesar negara itu dan mitra dagang dan diplomatik utama,” tulis rilis tersebut.
Salah satu asa bahasa Indonesia harus tetap diajarkan ditunjukkan oleh Sophie Rees, seorang siswa kelas 11 di Heathmont College yang mulai belajar bahasa di kelas 3 dan telah berkomitmen untuk belajar hingga kelas 12.
Meskipun Sophie belum mengunjungi Indonesia, namun dia berencana dan percaya bahwa tahun-tahun studi dalam belajar bahasa Indonesia adalah tahun yang sempurna.
“Saya baru saja menemukan itu menjadi pengalaman yang sangat hebat dan saya pikir sangat penting untuk belajar bahasa baru,” tuturnya.
(Sumber : https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5812207/bahasa-indonesia-tak-laku-di-beberapa-sekolah-luar-negeri-apa-penyebabnya).
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik