Noken Sudah Diakui UNESCO Sebagai Intangible Cultural Heritage

Indonesiaseharusnya.com – Jakarta – Dalam kunjungannya ke Papua, Presiden Joko Widodo atau Jokowi sempat berhenti di pinggir jalan untuk membeli noken. Hal ini dilakukannya sehari sebelum menghadiri pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua.

Noken sudah masuk dalam warisan budaya dunia sebagai warisan budaya tak benda ( Intangible Cultural Heritage ) setelah disahkan oleh UNESCO. Hal ini telah diperjuangkan sejak 4 Desember 2012 dalam sidang Unesco di Paris, Prancis. Berdasarkan laporan Tempo 30 November 2012 lalu, Menurut Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan—ketika itu—Wiendu Nuryanti, usulan noken sebagai warisan dunia sudah dilakukan sejak empat tahun terakhir melalui beberapa kali revisi.

Ada lima domain untuk menetapkan budaya Indonesia menjadi warisan budaya tak benda. Selain tradisi, ekspresi lisan, bahasa, seni pertunjukan, adat istiadat, ritus, perayaan, juga pengetahuan, kebiasan atau perilaku mengenai alam semesta, dan terakhir kemahiran kerajinan seni tradisional.

Noken sendiri diambil dari bahasa Biak dari kata inokson atau inoken. Karena keunikannya dibawa dengan kepala, noken didaftarkan ke Unesco sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia.

Noken Sudah Diakui UNESCO Sebagai Intangible Cultural Heritage (Warisan Budaya Tak Benda)

Noken dipakai untuk menggendong anak karena ventilasi udaranya aman. Sebab, noken terbuat dari daun pandan dan daun-daun lainnya sehingga aman untuk bayi. Noken bisa memperkuat otot bayi yang digendong sehingga jarang sakit.

Tas noken terbuat dari kayu. Namun tidak sedikit pula noken yang terbuat dari bahan serat pohon atau daun yang diproses menjadi benang yang kuat, kemudian diikat atau dianyam menjadi satu. Tas noken sendiri pernah masuk dalam Google Doodle pada 5 September 2020 lalu.

Tas yang sering menjadi buah tangan ketika wisatawan berkunjung ke Papua ini juga memiliki filosofi tersendiri. La’a dan Sri S dalam Makna Tenun Ikat Bagi Perempuan: Studi Etnografi di Kecamatan Mollo Utara-Timur Tengah Selatan, bagi masyarakat Papua hasil tenunan noken dapat menggambarkan ketelitian, kesabaran, dan rasa indah pembuatnya.

Noken sendiri identik dengan perempuan Papua. Tidak heran jika anak perempuan Papua sudah harus belajar menenun noken sedari kecil. Dengan hal ini terdapat anggapan bahwa seorang perempuan mampu membuat noken dengan baik, ia juga akan mampu mengatur rumah tangga dengan baik.

(Sumber : Tempo.co)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *